Contoh 1:
Berdasarkan hasil pengambilan sampel secara acak
tentang pengaruh lamanya belajar (X) terhadap nilai ujian (Y) adalah sebagai
berikut:
(nilai ujian)
|
X (lama belajar)
|
X 2
|
XY
|
40
|
4
|
16
|
160
|
60
|
6
|
36
|
360
|
50
|
7
|
49
|
350
|
70
|
10
|
100
|
700
|
90
|
13
|
169
|
1.170
|
ΣY = 310
|
ΣX = 40
|
ΣX2 = 370
|
ΣXY = 2.740
|
Dengan menggunakan rumus di atas, nilai a dan b akan
diperoleh sebagai berikut:
a = [(ΣY . ΣX2) – (ΣX . ΣXY)] / [(N . ΣX2) – (ΣX)2]
a = [(310 . 370) – (40 . 2.740)] / [(5 . 370) – 402] =
20,4
b = [N(ΣXY) – (ΣX . ΣY)] / [(N . ΣX2) – (ΣX)2]
b = [(5 . 2.740) – (40 . 310] / [(5 . 370) – 402] =
5,4
Sehingga persamaan regresi sederhana adalah Y = 20,4 +
5,2 X + e
Berdasarkan hasil penghitungan dan persamaan regresi
sederhana tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa : 1) Lamanya belajar
mempunyai pengaruh positif (koefisien regresi (b) = 5,2) terhadap nilai ujian,
artinya jika semakin lama dalam belajar maka akan semakin baik atau tinggi
nilai ujiannya; 2) Nilai konstanta adalah sebesar 20,4, artinya jika tidak
belajar atau lama belajar sama dengan nol, maka nilai ujian adalah sebesar 20,4
dengan asumsi variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi dianggap tetap.
Analisis Korelasi (r) : digunakan untuk mengukur
tinggi redahnya derajat hubungan antar variabel yang diteliti. Tinggi rendahnya
derajat keeratan tersebut dapat dilihat dari koefisien korelasinya. Koefisien
korelasi yang mendekati angka + 1 berarti terjadi hubungan positif yang erat,
bila mendekati angka – 1 berarti terjadi hubungan negatif yang erat. Sedangkan
koefisien korelasi mendekati angka 0 (nol) berarti hubungan kedua variabel
adalah lemah atau tidak erat. Dengan demikian nilai koefisien korelasi adalah –
1 ≤ r ≤ + 1. Untuk koefisien korelasi sama dengan – 1 atau + 1 berarti hubungan
kedua variabel adalah sangat erat atau sangat sempurna dan hal ini sangat
jarang terjadi dalam data riil. Untuk mencari nilai koefisen korelasi (r) dapat
digunakan rumus sebagai berikut : r = [(N . ΣXY) – (ΣX . ΣY)] / √{[(N . ΣX2) –
(ΣX)2] . [(N . ΣY2) – (ΣY)2]}
Contoh:
Sampel yang diambil secara acak dari 5 mahasiswa,
didapat data nilai Statistik dan Matematika sebagai berikut:
Sampel
|
X (statistik)
|
Y (matematika)
|
XY
|
X2
|
Y2
|
1
|
2
|
3
|
6
|
4
|
9
|
2
|
5
|
4
|
20
|
25
|
16
|
3
|
3
|
4
|
12
|
9
|
16
|
4
|
7
|
8
|
56
|
49
|
64
|
5
|
8
|
9
|
72
|
64
|
81
|
Jumlah
|
25
|
28
|
166
|
151
|
186
|
r = [(N .
ΣXY) – (ΣX . ΣY)] / √{[(N . ΣX2) – (ΣX)2] . [(N . ΣY2) – (ΣY)2]}
r = [(5 . 166) – (25 . 28) / √{[(5 . 151) – (25)2] . [(5 . 186) – (28)2]} = 0,94
Nilai koefisien korelasi sebesar 0,94 atau 94 % menggambarkan bahwa antara nilai statistik dan matematika mempunyai hubungan positif dan hubungannya erat, yaitu jika mahasiswa mempunyai nilai statistiknya baik maka nilai matematikanya juga akan baik dan sebaliknya jika nilai statistik jelek maka nilai matematikanya juga jelek.
r = [(5 . 166) – (25 . 28) / √{[(5 . 151) – (25)2] . [(5 . 186) – (28)2]} = 0,94
Nilai koefisien korelasi sebesar 0,94 atau 94 % menggambarkan bahwa antara nilai statistik dan matematika mempunyai hubungan positif dan hubungannya erat, yaitu jika mahasiswa mempunyai nilai statistiknya baik maka nilai matematikanya juga akan baik dan sebaliknya jika nilai statistik jelek maka nilai matematikanya juga jelek.
Contoh 2:
Seorang
peneliti ingin mengetahui bentuk hubungan antara jumlah cacing jenis tertentu
denagn jumlah telurnya pada usus ayam buras. Untuk tujuan tersebut diperiksa 20
ekor ayam dan ditemukan sebagai berikut:
Tabel 1
Jumlah Cacing & Jumlah Telurnya Pada Usus Ayam Buras.
No
|
Jumlah Cacing ( Xi)
|
Jumlah telurnya (Yi)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
|
12
14
13
12
15
16
13
11
10
11
12
13
17
19
13
11
16
12
14
15
|
45
50
51
43
61
62
50
43
40
44
48
52
70
76
53
43
60
48
53
63
|
Total
|
269
|
1055
|
rataan
|
13,45
|
52,75
|
Dari data diatas kita bisa menghitung:
Bila kita duga bentuk hubungan antara jumlah cacing (X)dan jumlah telurnya
(Y) adalah:
Jadi Ŷ = -2,442 + 4,103 Xi + e
Persamaan garis regresi Yi =-2,442 + 4,103 Xi bukanlah satu-satunya garis penduga untuk menyatakan hubungan antara jumlah cacing dengan jumlah telurnya. Sudah barang tentu masih banyak lagi bentuk persamaan penduga yang dapat dibuat misalnya dalam bentuk persamaan Yi = βo +β1Xi + β2Xi2, Yi = βoXiβ1 (dalam bentuk linear LnYi = Ln βo + βiLnXi) dan masih banyak lagi bentuk yang lainnya.
Untuk menyatakan apakah garis yang diperoleh cukup baik untuk menggambarkan
hubungan antara peubah bebas (X) dengan peubah tak bebas(Y) dapat dilakukan
pengujian bentuk model yang digunakan dan keeratan hubungannya (korelasinya)
untuk menyatakan ketepatan dan ketelitian persamaan garis regresi yang
diperoleh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar