Ali Tutupoho, S.E., M.Si. Dosen EP-FE_UP

Sabtu, 31 Agustus 2013

METODE STATISTIK NON PARAMETRIK

Materi "Metode Statistik Non Parametrik" dapat didownload di PPT1, PDF1, DOC1

REGRESI BERGANDA

Materi "Regresi Berganda" dapat didownload di PDF1, PDF2, PDF3, PDF4, PDF5, PDF6(r)(mantap), PDF7(rmanual)(excel), PDF8(r visual), PPT1, PPT2, PPT3, PPT4

REGRESI DAN KORELASI SEDERHANA

Materi "Regresi dan Korelasi Sederhana" dapat didownload di PPT1, PPT2, PPT3, PPT4 dan PPT5

PENGUJIAN HIPOTESIS

 Materi "Pengujian Hipotesis" dapat didownload di  PPT1, PPT2, PPT3, PPT4, PPT5

DISTRIBUSI TEORETIS

Materi "Distribusi Teoretis" dapat didownload di PPT1, PPT2 dan PPT3

PENARIKAN SAMPEL DAN PENDUGAAN

Materi "Penarikan Sampel dan Pendugaan" dapat didownload di PPT1 dan PPT2

VARIABEL ACAK (RANDOM VARIABLE)

VARIABEL ACAK DAN NILAI HARAPAN

VARIABEL ACAK

Untuk menggambarkan hasil-hasil percobaan sebagai nilai-nilai numerik secara sederhana, kita menggunakan apa yang disebut sebagai variabel acak. Jadi variabel acak dapat didefinisikan sebagai deskripsi numerik dari hasil percobaan.
Variabel acak biasanya menghubungkan nilai-nilai numerik dengan setiap kemungkinan hasil percobaan. Karena nilai-nilai numerik tersebut dapat bersifat diskrit(hasil perhitungan) dan bersifat kontinu(hasil pengukuran) maka variabel acak dapat dikelompokkan menjadi variabel acak diskrit dan variabel acak kontinu.

Variabel Acak Diskrit

Varibel acak diskrit adalah variabel acak yang tidak mengambil seluruh nilai yang ada dalam sebuah interval atau variabel yang hanya memiliki nilai tertentu. Nilainya merupakan bilangan bulat dan asli, tidak berbentuk pecahan. Variabel acak diskrit jika digambarkan pada sebuah garis interval, akan berupa sederetan titik-titik yang terpisah.
Contoh :
  1. Banyaknya pemunculan sisi muka atau angka dalam pelemparan sebuah  koin (uang logam).
  2. Jumlah anak dalam sebuah keluarga.
Variabel Acak Kontinu
Varibel acak kontinu adalah variabel acak yang mengambil seluruh nilai yang ada dalam sebuah interval atau variabel yang dapat memiliki nilai-nilai pada suatu interval tertentu. Nilainya dapat merupakan bilangan bulat maupun pecahan. Varibel acak kontinu jika digambarkan pada sebuah garis interval, akan berupa sederetan titik yang bersambung membantuk suatu garis lurus.
Contoh :
  1. Usia penduduk suatu daerah.
  2. Panjang beberpa helai kain.

DISTRIBUSI PROBABILITAS VARIABEL ACAK DISKRIT

Distribusi probabilitas variabel acak menggambarkan bagaimana suatu probabilitas didistribusikan terhadap nilai-nilai dari variabel acak tersebut. Untuk variabel diskrit X, distribusi probabilitas didefinisikan dengan fungsi probabilitas dan dinotasikan sebagai p(x).
Fungsi probabilitas p(x) menyatakan probabilitas untuk setiap nilai variabel acak X.
Contoh :
           Jumlah mobil terjual dalam sehari menurut jumlah hari selama 300 hari
Jumlah mobil terjual dalam sehari
Jumlah hari
0
1
2
3
4
5
 54
117
 72
 42
 12
    3
Total
300
                Distribusi Probabilitas Jumlah Mobil Terjual dalam Sehari
X
p(x)
0
1
2
3
4
5
0,18
0,39
0,24
0,14
0,04
0,01
Total
1,00
Dalam membuat suatu fungsi probabilitas untuk variabel acak diskrit, kondisi berikut harus dipenuhi.
1.    p(x) ³ 0 atau 0 £ p(x) £ 1
2.    S p(x) = 1
Kita juga bisa menyajika distribusi probabilitas dengan menggunakan grafik.
Fungsi Probabilitas Kumulatif Variabel Acak diskrit
Fungsi probabilitas kumulatif digunakan untuk menyatakan jumlah dari seluruh nilai fungsi probabilitas yang lebih kecil atau sama dengan suatu nilai yang ditetapkan.
Secara matematis, fungsi probabilitas kumulatif dinyatakan sebagai berikut.
F(x) = P(X £ x) = X £ p(x)
Dimana
F(x) = P(X £ x) menyatakan fungsi probabilitas kumulatif pada titik X = x yang merupakan jumlah dari seluruh nilai fungsi probabilitas untuk nilai X sama atau kurang dari x.
Contoh :
               Probabilitas Kumulatif dari jumlah mobil terjual dalam sehari
X
F(x)
0
1
2
3
4
5
0,18
0,57 (= 0,18 + 0,39)
0,81 (= 0,18 + 0,39 + 0,24)
0,95 (= 0,18 + 0,39 + 0,24 + 0,14)
0,99 (= 0,18 + 0,39 + 0,24 + 0,14 + 0,04)
1,00 (= 0,18 + 0,39 + 0,24 + 0,14 + 0,04 + 0,01)
Kita bisa menyajikan fungsi probabilitas kumulatif dalam bentuk grafik
DISTRIBUSI PROBABILITAS VARIABEL ACAK KONTINU
Distribusi probabilitas variabel acak kontinu dinyatakan dengan fungsi f(x) dan sring disebut sebagai fungsi kepadatan atau fungsi kepadatan probabilitas dan bukan fungsi probabilitas. Nilai f(x) bisa lebih besar dari 1.
Fungsi kepadatan probabilitas harus memenuhi syarat sebagai berikut.
1.    f(x) ≥ 0
2.     (integral seluruh fungsi kepadatan probabilitas f(x) = 1)
3.    P(a < X < b) =
Catatan : f(x) dx = P{x ≤ X ≤ (x + dx)}, yaitu probabilitas bahwa nilai X terletak pada interval x dan x + dx.
Fungsi Probabilitas Kumulatif Variabel Acak Kontinu
Kalau pada variabel acak diskrit, fungsi probabilitas kumulatif dihitung dengan cara penjumlahan maka pada variabel acak kontinu, probabilitas kumulatif dicari dengan integral.
Rumusnya adalah sebagai berikut.
F(x) = P(X ≤ x) =
Nilai-nilai dalam rumus ini harus kontinu atau dalam suatu interval.
FUNGSI PROBABILITAS BERSAMA
Bila X dan Y adalah dua variabel acak diskrit, distribusi probabilitas bersamanya dapat dinyatakan sabagai sebuah fungsi f(x,y) bagi sembarang nilai (x,y) yang dapat diambil oleh peubah acak X dan Y. Sehingga dalam rumus variabel acak diskrit.
                                            f(x,y) = p(X = x, Y = y)
Dimana nilai f(x,y) menyatakan peluang bahwa x dan y terjadi secara bersamaan.
Sedangkan distribusi probabilitas kumulatif bersama X dan Y terdiri dari nilai (x,y) dan f(x,y) untuk semua (X,Y)
Kalau dua variabel X, Y dan P(P = x, Y = y) = p(x,y) merupakan suatu fungsi yang memenuhi syarat berikut :
1. p(x,y) ≥ o, untuk seluruh nilai X dan Y
2.  (penjumlahan untuk seluruh nilai X dan Y)
maka p(x,y) disebut fungsi probabilitas bersama X dan Y.
Fungsi p(x) dan q(y) yang diperoleh langsung dari p(x,y) disebut fungsi marjinal.
                 
Fungsi marjinal p(x) dan q(y) dapat dilihat dalam tabel, pada beris dan kolom yang paling akhir (pada tepi tabel, marjin = tepi/pinggir).
NILAI HARAPAN DAN VARIANS DARI VARIABEL ACAK DISKRIT
Rata-rata (m) dari distribusi probabilitas adalah nilai harapan dari variabel acaknya.
Nilai harapan variabel acak diskrit adalah rata-rata tertimbang terhadap seluruh kemungkinan hasil dimana penimbangnya adalah nilai probabilitas yang dihubungkan dengan setiap hasil.
Nilai harapan diperoleh dengan menyatakan setiap kemungkinan hasil x dengan probabilitasnya P(X) dan kemudian menjumlahkan hasil perkalian tersebut.
Nilai harapan dari variabel acak diskrit X yang dinotasikan dengan E(X) dirumuskan sebagai berikut.
  
                  = x1 p(x1) + x2 p(x2) + ….+ xN p(xN)
dimana.
             xi = nilai ke-I dari variabel acak X
         p(xi) = probabilitas terjadinya xi
Selain rata-rata, ukuran statistic yang lain adalah varians dan standar deviasi.
Varians (s2) dari variabel acak diskrit didefinisikan sebagai berikut.
Varians dari variabel acak diskrit adalah rata-rata tertimbang dari kuadrat selisih antara kemungkinan hasil dan rata-ratanya dimana penimbangnya adalah probabilitas dari masing-masing hasil tersebut.
Varians  diperoleh  dengan  mengalikan setiap kemungkinan kuadrat selisih (x - m)2 dengan probabilitasnya p(xi) dan kemudian menjumlahkan seluruh hasil perkalian tersebut. Sehingga varians dinyatakan sebagai berikut dimana:
          xi = nilai ke-I dari variable acak X
      p(xi) = probabilitas terjadinya xi
Standar deviasi s diperoleh dengan menarik akar dari s2.
    
Nilai Harapan dari Fungsi Probabilitas Bersama
Jika fungsi probabilitas bersama dinotasikan dengan p(x, y) untuk variabel acak X dan Y, maka nilai harapan dari variabel acak h(x, y) yang merupakan fungsi dari X dan Y adalah sebagai berikut.
            E[h(x, y)] = SSh9x, y) p(x, y)
Dimana.
            h(x, y) adalah sembarang fungsi dari X dan Y
            p(x, y) adalah probabilitas terjadinya X dan Y secara bersama-sama.
Kalau h(x, y) = xy, maka
          E[h(x, y)] = E(XY) = SSxy p(x, y)
Kalau h(x, y) = x + y, maka
          E[h(x, y)] = e(X + Y) = SS(x + y) p(x, y)
Aturan-aturan dalam Menghitung Nilai Harapan.
1.    E(k) = k, k = bilangan konstan.
2.    Varians (k) = 0 dan varians (X) = s2
3.    E(kX) = k E(X)
4.    Varians (kX) = k2s2
5.    E(X ± Y) = E(X) ± E(Y)
E(S Xi) = SE(Xi)                 i = 1, 2, …, n
E(Ski Xi) = S ki E(Xi)          i = 1, 2, …, n                       
KOVARIANS DAN APLIKASINYA DALAM KEUANGAN
Pada sub bab ini, kita pelajari konsep kovarians antara dua variabel dan kegunaannya dalam manajemen portfolio dan keungan.
Kovarians
Kovarians adalah suatu pengukur yang menyatakan variasi bersama dari dua variable acak. Kovarians antara dua variabel acak diskrit X dan Y dinotasikan dengan sxy dan didefinisikan sebagai berikut dimana
            Xi = nilai variable acak X ke-i
            Yi = nilai variable acak Y ke-i
   P(xi, yi) = probabilitas terjadinya xi dan yi
              i = 1, 2, …, N
Nilai Harapan dari Penjumlahan Dua Variabel
Nilai harapan dari penjumlahan dua variable acak adalah sama dengan penjumlahan dari nilai harapan masing-masing variabel acak.
             
             E(X + Y) = E(X) + E(Y)
Varians dari Penjumlahan Dua Variabel
Varians dari penjumlahan dua variabel acak adalah sama dengan jumlah varians dari masing-masing variabel ditambah dua kali kovarians.
              
Standar Deviasi dari Penjumlahan dua Variabel
Portfolio Expected Return dan Fortfolio Risk
Setelah kita definisikan kovarians, expected return, dan standar deviasi dari penjumlahan dua variabel acak, kita dapat menerapkan konsep-konsep tersebut pada studi mengenai sekelompok asset yang merujuk pada apa yang disebut sebagai portfolio. Dengan menanamkan investasi yang disebarkan pada tidak hanya satu perusahaan, investor mengkombinasikan pengembalian dan meminimumkan resiko. Dalam studi portfolio, kita menggunakan penimbang untuk setiap jenis investasi dengan proporsi asset pada investasi tersebut. Hal ini memungkinkan kita untuk menghitung portfolio expected return dan portfolio risk.
Portfolio expected return untuk investasi dua asset sama dengan penimbang bagi asset X dikalikan dengan expected return dari asset X ditambah dengan penimbang bagi asset Y dikalikan dengan expected return asset Y.
                        E(P) = wE(X) + (1 - w) E(Y)
Dimana.
             E(P) = portfolio expected return
w       = proporsi nilai portfolio dari asset X
            (1 - w) = proporsi nilai portfolio dari asset Y
             E(X) = expected return asset X
             E(Y) = expected return asset Y


Materi PPT dapat di download di PPT1
dan PPT2

MARS STATISTIKA

Bergeraklah barisan statistik
Tekadkan semangat juangmu
Hadapilah setiap rintangan
Demi kemajuan statistik

Statistik memang paling keren
untuk kita semua
Kerahkan semua daya dan upaya
Demi kemajuan statistik

Bangkitlah tunas hijau pilihan
Kitalah tempat tumpuan harapan
Ditempa dan dibina tuk satu tujuan
Maju dan jayalah statistik

Statistik memang paling keren
untuk kita semua
Kerahkan semua daya dan upaya
Demi kemajuan statistik

Statistik BANGKIT !
Statistik MAJU !
Statistik JAYA !
HIDUP STATISTIKA !!!!

DISTRIBUSI NORMAL STANDARD (BAKU)

Distribusi normal standard (baku) adalah distribusi normal yang memiliki sifat khusus, yaitu distribusi dengan : rata-rata(µ) = nol(0) dan simpangan baku(σ) = satu(1). Distribusi normal standard (baku) muncul sebagai solusi dari adanya masalah dalam penyusunan tabel distribusi normal. Masalah tersebut ialah kenyataan bahwa terdapat banyak sekali macam distribusi normal dipengaruhi oleh nilai rata-rata dan simpangan baku nya. Oleh karena itu agar kita tetap dapat mencari probabilitas suatu interval dengan menggunakan langkah praktis melalui tabel distribusi normal daripada perhitungan metode integral yang lebih kompleks, maka digunakanlah apa yang disebut dengan distribusi normal standard (baku).
Maka dari itu,  seluruh pengamatan dengan setiap peubah acak normal X dapat ditransformasikan menjadi himpunan pengamatan baru suatu peubah acak normal Z dengan rata-rata = nol dan simpangan baku = satu.
Hal ini dapat dikerjakan dengan transformasi sebagai berikut:
Keterangan:
Z = angka baku/standard
X = nilai data
µ = rata-rata populasi
σ = simpangan baku populasi.
Bentuk transformasi di atas memetakan distribusi normal menjadi distribusi normal standard (baku), sebab distribusi normal dengan variabel Z ini memiliki nilai rata-rata = nol dan simpangan baku = satu. Transformasi ini juga mempertahankan luas di bawah kurva distribusi normal nya. Artinya, Luas di bawah kurva distribusi normal antara x1 dan x2 = Luas dibawah kurva distribusi normal standard antara z1 dan z2. Hal ini terjadi, karena bagaimanapun hanya nilai-nilai Z dari variabel-variabel yang berdistribusi normal yang akan dengan sendirinya berdistribusi normal sehingga transformasi dari Z tidak mengubah bentuk maupun luasnya.
Selanjutnya, aspek dari distribusi normal yang tidak kalah penting nya adalah tabel distribusi normal standard. Table distribusi standard disusun untuk menghitung probabilitas nilai-nilai variable normal standard. Tabel distribusi normal standar dibuat hanya untuk menghitung bagian sebelah kanan rata-rata dari distribusi tersebut. Untuk menghitung nilai di sebelah kiri, maka nilai Z yang negatif dianggap sama dengan Z positif, sehingga tabel tersebut tetap bisa digunakan.  Nilai-nilai probabilitas yang terdapat dalam tabel tersebut adalah nilai probabilitas antara μ = 0 dan satu nilai Z tertentu, bukan antara dua buah nilai Z sembarang. 
Distribusi Normal dan Distribusi Normal Standar (baku)



Distribusi normal adalah distribusi yang terpenting dalam bidangstatistika, penemunya adalah DeMoivre (1733) dan Gauss. Distribusi inibergantung pada 2 parameter yaitu µ (rataan populasi) dan σ(simpangan bakupopulasi).Fungsi padat peubah acak normal X yaitu n(x; µ, σ) :
Distribusi normal dengan µ=0 dan σ=1 disebut distribusi normal baku µ
 Sifat-sifat kurva normal:
1.    Modus,terdapat pada x= µ
2.    Kurva setangkup terhadap rataan µ
3.    Kurva mempunyai titik belok pada : x = µ ± σ, cekung ke bawah
jika µ -σ < X <µ+σ dan cekung ke atas untuk  x yang lainnya
4.    Kedua ujung kurva mendekati sumbu X (asimtot datar kurva normal)
5.    Seluruh luas di bawah kurva = 1

PENGUJIAN HIPOTESIS (1)

A. Pengertian Pengujian Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hupo dan thesis.   hupo berarti lemah, kurang, atau di bawah dan thesis berarti teori, proposisi, atau pernyataan yang disajikan sebagai bukti. Jadi, hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan perlu dibuktikan atau dugaan yang  sifatnya masih sementara.(Hasan:2005,167)
Hipotesis  statistik  adalah  pernyataan  atau  dugaan  mengenai  keadaan populasi yang sifatnya masih sementara atau lemah kebenarannya. Hipotesis  statistik  akan  diterima  jika  hasil  pengujian  membenarkan pernyataannya  dan  akan  ditolak  jika  terjadi  penyangkalan  dari pernyataannya.
Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang dibuat mengandung ketidakpastian, artinya keputusan bisa benar atau salah, sehingga menimbulkan resiko. Besar kecilnya resiko dinyatakan dalam bentuk probabilitas.

B.     Kegunaan Pengujian Hipotesis
        1.     Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan
                perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
        2.     Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam
                penelitian.
        3.     Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
        4.     Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan

C.    Dua Tipe Hipotesis
        -     Hipotesis Korelatif yaitu pernyataan tentang ada atau tidak adanya hubungan antara dua
               variable atau lebih.
        -     Hipotesis komparatif yaitu pernyataan tentang ada atau tidak adanya perbedaan antara
              dua kelompok atau lebih.

D.     Prosedur Pengujian Hipotesis
         Langkah langkah yang dipergunakan dalam menyelesaikan pengujian hipotesis tersebut.
         Berikut adalah langkah langkah pengujian hipotesis :
         1.     Menentukan Formulasi Hipotesis
                 Dalam langkah ini, formulasi hipotesisi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
                 a.     Hipotesis nol atau hipotesis nihil ( nullhypotheses)
                         Disimbolkan H0 merupakan hipotesis yang dirumuskan sebagai suatu pernyataan
                         yang akan diuji. Disebut hipotesis nol karena hipotesis tersebut tidak
                         memiliki perbedaan atau perbedaanya nol dengan hipotesis sebenarnya.

                b.     Hipotesis Alternatif atau Hipotesis Tandingan
                        Disimbolkan H1 atau Ha, merupakan hipotesis yang dirumuskan sebagai lawan
                        atau tandingan dari hipotesis nol. Dalam penyusunan hipotesis ini, akan
                        timbul tiga keadaan , yaitu:
                        -     Hipotesis mengandung pengertian sama. Pengujian ini disebut pengujian dua
                               sisi atau pengujian dua arah, yaitu pengujian sisi atau arah kanan dan kiri.
                               H0 : θ = θ0
                               H1 : θ ≠ θ0 
                        -     Hipotesis mengandung pengertian maksimum. Pengujian ini disebut satu sisi
                               atau satu arah, yaitu pengujian sisi atau arah kanan.
                               H0: θ = θ0
                               H1: θ > θ0
                         -    Hipotesis mengandung pengertian minimum. Pengujian ini disebut satu sisi
                               atau arah yaitu pengujian sisi atau arah kiri.
                               H0: θ = θ0
                               H1: θ < θ0

                2.     Menentukan Taraf Nyata (Significant Level)
                        Taraf nyata adalah besarnya batas toleransi dalam menerima kesalahan hasil
                        hipotesis terhadap nilai parameter populasinya (Hasan:2005,173).
                        Taraf nyata dilambangkan dengan α (alpha). Besaran yang sering digunakan
                        untuk menentukan menetukan taraf nyata dinyatakan dalam %, yaitu
                        1% (0,01), 5% (0,05), 10% (0,1). Besarnya nilai α bergantun pada keberanian
                        pembuat keputusan yang dalam hal ini berapa besarnya kesalahan yang
                        akan ditolerir. Besarnya kesalahan tersebut disebut sebagai daerah kritis
                        pengujian (critical region of a test) atau daerah penolakan (region og rejection).



               3.     Menentukan Nilai Uji Statistik
                       Uji statistika merupakan rumus rumus yang berhubungan dengan distribusi tertentu
                       dalam pengujian hipotesis. Uji statistic merupakan perhitungan untuk menduga
                       parameter data sampel yang diambil secara random dari sebuah populasi.

               4.     Menentukan Kriteria Pengujian (diterima atau ditolak)
                       Kriteria pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan dalam menerima atau
                       menolak hipotesis nol (H0) dengan cara membandingkan nilai α tabel distribusinya
                       (nilai kritis) dengan nilai uji statistiknya, sesuai dengan bentuk pengujiannya.
                       a.   Penerimaan H0 terjadi jika nilai uji statistiknya lebih kecil atau lebih besar
                            daripada nilai positif atau negatif dari  α tabel. Atau nilai uji statistik berada
                            di luar nilai kritis.
                       b.  Penolakan H0 terjadi jika nilai uji statistiknya lebih besar atau lebih kecil
                            daripada nilai positif atau negatif dari  α tabel. Atau nilai uji statistik berada di
                            dalam nilai kritis.

               5.     Membuat Kesimpulan
                       Pembuatan kesimpulan merupakan penetapan keputusan dalam penerimaan atau
                       penolakan hipotesis nol(H0), sesuai dengan kriteria pengujiannya. Pembuatan
                       kesimpulan dilakukan setelah membandingkan nilai uji statistic dengan nilai α tabel
                       atau nilai kritis.

PENGUJIAN HIPOTESIS (3)

Makalah Uji Hipotesis Statistika


BAB I
PENDAHULUAN
                Ketika kita menggunakan statistika untuk menguji hipotesis maka muncullah dua macam hipotesis berupa hipotesis penelitian dan hipotesis statistika. Tepatnya hipotesis penelitian kita rumuskan kembali menjadi hipotesis statistika yang sepadan. Hipotesis statistika harus mencerminkan dengan baik maksud dari hipotesis penelitian yang akan diuji.
Dalam memebuat keputusan mengenai populasi atas informasi dari sampel, dibutuhkan asumsi-asumsi  mengenai populasi yang bersangkutan, yang disebut sebagai Hipotesa Statistik yang umumnya merupakan pernyataan mengenai sebaran peluang dari populasi. Hipotesa statistik dirumuskan dengan tujuan untuk menolaknya.
Hipotesis yang bersifat statistik sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu asumsi mengenai parameter fungsi frekuensi variable random. Berdasarkan penaksiran, lalu kesimpulan dibuat bagaimana atau berapa besar harga parameter tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian  Pengujian Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan tentang sesuatu yang perlu dibuktikan atau diuji kebenarannya (Kuswadi, 2004). Asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan penegcekkannya. Jika asumsi atau dugaan itu dikhususkan mengenai populasi, maka hipotesis tersebut merupakan  hipotesis statistik. Setiap hipotesis bisa benar atau tidakbenar dan karenanya perlu diadakan penelitian sebelum hipotesis itu diterima atau ditolak. Langkah atau prosedur untuk menentukan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak disebut dengan pengujian hipotesis. Telah kita ketahui bahwa suatu penduga pada umumnya tidaklah harus sama dengan nilai parameter yang sebenarnya.
Misalnya, distribusi probabilita yang merupakan model bagi distribusi X,  katakanlah hasil penstensilan kertas koran dalam n percobaan penstensilan demikian dinyatakan sebagai :
F(x) = (NCx) px (1-p)n-x
Jika p = ¼ dan n= 500, maka
F(x) =
500!
(1/4)x(3/4)500-x
X!(500-x)
Parameter p diatas merupakan probabilita kerusakan pada setiap penstensilan sedemikian itu dan dapat merupakan suatu asumsi yang memiliki karakteristik hipotesis statistik karena p = ¼ merupakan parameter fungsi frekuensi vareiable random p.
Andaikan kita meragukan  hipotesis diatas, maka kita dapat mengujinya secara statistik pula jika sekali lagi jika datanya dapat dukumpulkan dan dianalisa dalam cara yang memenuhi ketentuan asas-asas statistik. Pengujian hipotesis diatas dianggap sebagai suatu prosedur guna menentukan apakah hipotesis diatas sebaiknya diterima atau ditolak andaikan keraguan kita mengenai p = ¼ di atas disebabkan oleh adanya kemungkinan p = ½ meskipun kita yakin bahwa kemungkinan p = ¼ lebih besar dari pada p =  ½ . maka, hipotesis yang akan kita uji dapat dinyatakan sebagai berikut. H0 : p = ¼ dan H1 : p ≠¼
H0 merupakan hipotesis nol dan merupakan hipotesis yang akan diuji danyang nantinya akan diterima atau ditolak tergantung pada hasil eksperimen atau pemilihan sampelnya. H1 merupakan hipotesis alternatif atau hipotesis tandingan. Pengujian diatas membutuhkan observasi atau hasil pemilihan sampel yang bersifat random tentang frekuensi kerusakan X/n hasil penstensilan itu sendiri. Observasi pemilihan sampel sedemikian itu dapat dilakukan secara berulang-ulang kali atau sekali saja.atas dasar nilai statistik sampel, keputusan diambil untuk menentukan apakah H0 tersebut sebaiknya diterima atau ditolak. Jika H0 diterima, maka sama artinya dengan H1 ditolak dan sebaliknya jika H0 ditolak maka H1 diterima.
Dalam melakukan pengujian hipotesis, ada dua macam kekeliruan yang dapat terjadi, dikenal dengan nama-nama :
  a)     Kekeliruan tipe I : adalah kekeliruan karena menolak hipotesis (H0) padahal hipotesis tersebut                     benar. Kekeliruan ini disebut kekeliruan α.
b)   Kekeliruan tipe II : adalah kekeliruan menerima hipotesis (H0) padahal hipotesis tersebut salah. Kekeliruan ini disebut β  .
Uji hipotesis atau peraturan pengambilan keputusan dilakukan dengan baik agar kesalahan pengambilan keputusan dapat diminimalisir. Cara untuk mengurangi kedua tipe kekeliruan tersebut adalah dengan memperbesar ukuran sampel, yang mungkin atau tidak mungkin dilakukan (Spiegel, 1992).
2.2. Prosedur Dasar Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis statistik memiliki prosedur yang harus diikuti tergantung pada hipotesisnya yang distribusi populasi. Prosedur umum yang harus diikuti tergantung pada hipotesisnya dan distribusi populasi. Prosedur umum yang harus diikuti dapat dibagi dalam beberapa langkah :
a)      Rumuskan dengan baik hipotesis penelitian agar dapat dihitung statistik sampelnya, seperti rata-rata, seperti :
Pengujian hipotesis dapat dilakukan terhadap satu populasi untuk pengujian hipotesis rata-rata dua populasi. Misalnya, rata-rata tekanan darah sapi Ongole sama dengan tekanan darah sapi Brahman.
H0 :  =                                            
 =  rata-rata tekanan darah sapi Ongole
 = rata-rata tekanan darah sapi Brahman
Rata-rata tekana darah sampel sapi Ongole dan sapi Brahman adalah x1 dan x2.
b)   Tentukan derajat kemaknaan α atau kesalahan tipe 1 yang akan digunakan. Penentuan ini harus dilakukan pada saat perencanaan.
c) Tentukan kesalahan tipe 2 atau β. Biasanya penentuan ini dilakukan pada saat menghitung besarnya sampel.
d)     Tentukan distribusi yang akan digunakan dalam perhitungan. Tentukan metode statistik yang akan digunakan untuk menghitung statistik sampel.
e)      Tentukan kriteria menerima atau menolak hipotesis nol pada derajat kemaknaan yang telah ditentukan.
f)       Buatlah kesimpulan yang tepat pada populasi yang bersangkutan.


                                                                        





Ilusrasi 1. Prosedur Pengujian Hipotesis
2.3.      Uji – Z = Pengujian untuk Sampel Besar
Pengujian hipotesa dapat menggunakan rumus-rumus untuk variabel normal baku (Z) atau t dan sesuai dengan tingkat nyata yang dipilih (α) dan jenis pengujian yang dipilih (dua sisi, satu sisi kanan atau satu sisi kiri). Menggunakan (Z) jika datanya berdistribusi atau mempunyai fungsi normal (data sampel ≥ 30)dan menggunakan uji t jika data sampel kecil (<30).
Nilai Z dihitungkan dengan rumus :  Z =
Untuk pengujian dua sisi :
            Ho diterima, jika –Z α /2 atau Z < Z α /2
            Ho ditolak, jika  Z > Z α /2 atau Z < -Z α /2
Untuk pengujian sisi kanan :
            Ho diterima, jika Z < Z α /2
            Ho ditolak, jika  Z > Z α /2
Untuk pengujian sisi kiri :
            Ho diterima, jika Z >  -Z α /2
            Ho ditolak, jika  Z <  -Z α /2
2.3.1.      Pengujian Parameter Rata-rata, Ho: µ=µ0 dimana σ2 Tidak Diketahui
Nilai Z dihitungkan dengan rumus :  Z =
Untuk pengujian dua sisi :
            Ho diterima, jika –Z α /2 atau Z < Z α /2
            Ho ditolak, jika  Z > Z α /2 atau Z < -Z α /2
Untuk pengujian sisi kanan :
            Ho diterima, jika Z < Z α /2
            Ho ditolak, jika  Z > Z α /2
Untuk pengujian sisi kiri :
            Ho diterima, jika Z >  -Z α /2
            Ho ditolak, jika  Z <  -Z α /2
Contoh :
Jumlah kunjungan di Peternakan A dan jumlah kunjungan di Peternakan B mempunyai varian yang sama, yaitu 25 dan akan diuji apakah terdapat perbedaan. rata-rata jumlah pengunjung di Peternakan A dan Peternakan B berada pada derajat kemaknaan 0,05. Dari Peternakan A dan Peternakan B diambil sampel sebesar 50 dan 60 hari kerja hingga diperoleh rata-rata 62 dan 60 kunjungan.
Jawab :
Hipotesis statistik:       H0 : µ1 = µ2
                                    Ha1 ≠ µ2
                                    Α = 0,05
Diketahui:
            n1 = 50                         n2 = 60
            = 62                                    2 = 60
            σ12 = 25                       σ22= 25
         = σ
                        = 5√1/50 + 1/60          = 0,957
Interval konfidensi: µ1 = µ2 = 0
            0 - 1,96 x 0,957 = -1,87
            0 + 1,96 x 0,957 = 1,87
H0 akan diterima bila selisih rata-ratanya terletak antara -1,87 dan +1,87. Selisih sampel 62-60=2
Hipotesis nol ditolak pada α 0,05 atau p<0,05
            Kesimpulannya, kita 95% percaya bahwa terdapat perbedaan antara rata-rata sampel pada derajat kemaknaan 0,05 atau p<0,05
Grafik pengujian hipotesis perbedaan jumlah kunjungan peternakan



                                                       
Penyelesaian soal ini dapat dilakukan dengan menghitung nilai Z, seperti berikut:
Z          = ( ) /
            = 62 - 60 / 0,957= 2,09
H0 akan diterima bila selisih rata-ratanya terletak antara -1,96 dan +1,96 Hipotesis nol ditolak karena terletak diluar daerah penerimaan pada derajat kemaknaan 0,05 atau p<0,05
Grafik pengujian hipotesis perbedaan jumlah kunjungan Peternakan
                                                                    Z = 2,09
2.3.2.      Pengujian H0 : µ1 = µ2 Dimana σp2  Diketahui dan σ12 = σ22
Dalam bidang tertentu kita sering dihadapkan dengan masalah yang membutuhkan penarikan kesimpulan, apakah parameter dua populasi memang berbeda atau perbedaan yang tampak hanya desebabkan oleh faktor kebetulan. Dalam hal ini, kita berhadapan dengan perbedaan antara dua populasi. Salah satu macam pengujian hipotesis perbedaan dua parameter populasi adalah pengujian perbedaan rata-rata dua pihak dengan sampel besar dimana kesalahan baku kedua populasi sama dan diketahui. Pengujian hipotesis tersebut bisa dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Statistik uji Z =
Dimana  =  
Contoh soal :
Dua orang teknisi melakukan observasi secara sendiri-sendiri mengenai hasil rata-rata per jam dari penggunaan suatu mesin pemotong bulu domba teknisi (A): 12 obervasi dan memperoleh hasil rata-rata 120 kilogram. Sedangkan teknisi (B): 8 observasi rata-rata 115 kilogram. Pengalaman menunjukkan bahwa σ2 = 40 kilogram. Apakah kedua teknisi yakin bahwa beda antara kedua hasil rata-rata tersebut diatas betul-betul nyata, bukan karena faktor kebetulan?
Jawab :
1.                  H0 : µ1= µ2 dan H1 : µ1 ≠ µ2
2.                  α = 0,05
3.                  Z =
4.                  Daerah kritis  (terima H1) dengan α = 0,05 secara 2 arah
Z > Z ½ α dan Z < - Z ½ α
Z > 1,96 dan Z < - 1,96
5.                  Z =  = 1,73358
6.                  Karena 1,73358 < 1,96 maka H0 diterima, beda rata-rata hanya disebabkan faktor kebetulan dan tidak nyata serta µ1= µ2.
2.4.            Uji-t Pengujian untuk Sampel Kecil
Uji beda dua mean dapat dilakukan dengan menggunakan uji Z atau uji T. Uji Z dapat digunakan bila standar deviasi populasi (σ) diketahui dan jumlah sample besar (lebih dari 30). Apabila kedua syarat tersebut tidak terpenuhi, maka di lakukan uji T. Pada umumnya nilai σ sulit diketahui, sehingga uji beda dua mean biasanya menggunakan Uji T (T - Test). Untuk varian yang sama, bentuk ujinya adalah sebagai berikut.
     X1 – X2
T =
        Sp (1/n1) + (1/n2
          (n1-1) S12 + (n2-1) S22
SP2 =
                  n1 + n2 - 2
df = n1 + n2 – 2
Keterangan :
N1 atau n2 = jumlah sampel kelompok 1 atau 2
S1 atau S2 = standar deviasi sampel kelompok 1 dan 2
2.4.1. Pengujian H0 : µ = µ0 Dimana σ2 Tidak Diketahui
Contoh :
Nilai rata-rata ujian statistika di Fakultas Peternakan tahun lalu adalah 76 dan tahun ini diperkirakan nilai rata-rata tersebut akan sama dengan tahun lalu (Ho). Setelah selesai ujian tahun ini, diambil 40 mahasiswa sebagai sampel dan nilai rata-rata = 73 dengan simpangan baku (S) = 6. Dengan menggunakan α = 5%, apakah Ho diterima atau ditolak?
Jawab: Ho :  Nilai rata-rata ujian statistika = μ = 76
            H1 :  Nilai rata-rata ujian statistika = μ ≠ 76
Dipergunakan pengujian dua sisi.
            Ho diterima, jika –Z α /2 <  Z < Z α /2
            Ho ditolak, jika  Z > Z α /2 atau Z < -Z α /2
Untuk α = 5%, nilai Z α /2 = 1,96 (lihat table luas kurva normal, angka 95%/2 atau 0,4750 ada pada koordinat 1,9 dan 0,06 atau 1,96)
Data dari sapel seperti tersebut diperoleh:
            Z =   =  =  = -3,16
Oleh karena itu –Z α /2 ( -1,96) < Z ( -3,16)  Z α /2 (1,96), maka kesimpulannya Ho diterima. Atau, dengan kata lain, nilai ujian rata-rata statistika tahun ini sama dengan tahun lalu.
2.4.2. Pengujian Ho : µ1 = µ2 atau µ1 - µ2 = 0, Jika σ2 ­ tidak diketahui dan             σ 12 = σ 22
Apabila simpangan baku tidak diketahui dan sampelnya kecil maka digunakan distribusi t (Budiarto, 2002). Statistik t dirumuskan sebagai berikut :
t =      (X1- X2)  
       Sp √1 / n1 + 1/n2
Simpangan baku biasanya ditaksir dari simpangan baku sampel, tetapi karena tidak diketahui, maka harus dihitung dahulu simpangan baku gabungannya (Budiarto, 2002). Rumusnya adalah sebagai berikut :
Sp2 = (n1-1)S12 + (n2-1)S22
                 n1 + n2 – 2
Keterangan :
n1 atau n2 = jumlah sampel kelompok 1 atau 2
S1 atau S2 = standar deviasi sampel kelompok 1 atau 2
Statistik uji – t memiliki distribusi t dengan derjat bebas (n1  +  n2 ­- 2). Daerah kritis (menerima H1) pengujian untuk populasi tak terbatas :
(X1 – X2)    >  t (1/2 α : n1 + n2 – 2) dan   (X1 – X2)    < - t (1/2 α : n1 + n2 – 2)
Sp/ √1/n1 + 1/n2                                                  Sp/ √1/n1 + 1/n2
Contoh :
Dua macam obat penambah bobot badan diberikan pada unggas untuk jangka waktu 3 bulan. Obat 1 diberikan pada 10 unggas, sedangkan obat kedua diberikan kepada 9 unggas. Ingin diuji apakah terdapat perbedaan dalam sistem kerja pada kedua macam obat tersebut dengan derajat kemaknaan 0,05.
Obat ke-1 dapat menambah produksi daging 9,6 kg dan obat ke-2 menambah produksi daging 10 kg.
Diketahui :
X1 = 9,6 kg      X2 = 10 kg
S12 = 16               S22 = 9
n1 = 10             n2 = 9
Hipotesis statistik:
H0 : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠µ2
α = 0,05
dk = 17
Ditanyakan :
Apakah terdapat perbedaan antara keduanya?
Penyelesaian :
Sp2 = (n1-1)S12 + (n2-1)S22
                 n1 + n2 – 2
Sp2 = (10-11) 6 + (9-1) 9 = 12,7
                        17
S = 3,56
S (X1-X2) = S√1/n1 +1/n2
              =3,56√1/10+1/9 = 1,636
 t =      (X1- X2)  
       Sp √1 / n1 + 1/n2
     =      (9,6- 10)  
               1,64
   = - 0,244
t, dk 17 = 2,11
H0 akan diterima apabila hasil perhitungan “t” terletak antara -2,11 & + 2,11. Kesimpulannya H0 diterima pada α 0,05atau p > 0,05 atau tidak terdapat perbedaan antara 2 macam obat penambah bobot badan  tersebut.
2.4.3. Pengujian Ho : µ1 = µ2 atau µ1 - µ2 = 0, Jika σ2 ­ tidak diketahui dan
σ 12 σ 22
Statistik t dirumuskan sebagai berikut :
t =  (X1- X2) - (µ1 - µ2)
        √S12 / n1 + S22/n2
db = (S12/n1) + (S2 / n2)2
        (S12/ n1)2 + (S22 / n2)2
          n1 + 1           n2+2
Bila populasi berdistribusi normal atau mendekati normal maka varian populasinya dapat ditaksir dari varian sampel. Rumus “t” tidak dapat langsung digunakan karena hanya ini merupakan pendekatan saja, tetapi t ½ α harus dihitung dahulu menggunakan rumus berikut :
t0,05 = t1 (S12 / n1) + t2 (S22 / n2)
             S12 / n1 + S22 / n2
t’ =            w1t1 + w2t2
          w1 + w2
dimana: w1 = S12 / n1               t1 = t (1/2 α; n1 – 1)
  w2 = S22 / n2               t2 = t (1/2 α; n2 – 1)
sehingga kriteria test untuk uji 2 arah :
- w1t1 + w2t2    < t <    w1t1 + w2t2
    w1 + w2                             w1 + w2
Contoh :
Sepuluh ayam broiler yang diare diberi kloramfenikol 3 x 500 mg per hari dengan kesembuhan rata-rata 7 hari dengan deviasi standar 1,5 hari. Lima ayam broiler yang diare diberi tetrasiklin 3 x 500 mg dengan rata-rata kesembuhan 6 hari dengan deviasi standar 1,5 hari.
Jika ingin diuji apakah terdapat perbedaan antara efek kloramfenikol dan tetrasiklin terhadap penyakit diare pada derajat kemaknaan 0.05 maka bagaimanakah hasilnya ?
Diketahui:
n1 = 10             n2 = 15
S1 = 2                   S2= 1,5
dk = 9              dk = 14
H0 : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠µ2
α = 0,05
t =          7-6            = 1,35
     √4/10 + 2,25/15
t dk 9 = 2,262
t dk 14 = 2,145
t0,05 = (2,62 x 4/10 + 2,145 x 2,25/15) / (4/10 +2,25/15)
         = 2,23
Ternyata, t < t0,05. Jadi, hipotesis diterima pada derajat kemaknaan 0,05. Kesimpulannya, tidak ada perbedaan antara kloramfenikol dan tetrasiklin dalam pengobatan diare pada ayam broiler.
BAB III
KESIMPULAN
Hipotesis adalah perumusan sementara mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan untuk menuntun atau mengarahkan penyelidikan selanjutnya. Dalam melakukan hipotesis, ada dua macam kekeliruan yang dapat terjadi, dikenal dengan nama-nama, yaitu kekeliruan tipe I adalah menlolak hipotesis yang seharusnya diterima dan kekeliruan tipe II adalah menerima hipotesis yang seharusnya ditolak. Prosedur pengujian hipotesis, yaitu merumuskan hipotes, menentukan taraf nyata, menentukan uji statistik, menentukan daerah keputusan dan mengambil keputusan, sehingga kita dapat menarik kesimpulan sesuai dengan prosedur hipotesis.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, E. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Chandra, B. 2009. Biostatik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Dajan, A. 1991. Pengantar Metode Statistik Jilid II. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.
Kuswadi dan E. Mutiara. 2004. Statistik Berbasis Komputer untuk Orang-Orang Non Statistik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Spiegel, M. R. 1992. Statistik Versi SI (Metrik). Jakarta: Penerbit Erlangga. Diterjemahkan oleh I Nyoman Susila dan Ellen Gunawan.